Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, serta dipenuhi dengan kekayaan seni dan budaya lokal, berada di ambang sebuah era baru dalam pengembangan dan penelitian. Transformasi ini, yang diarahkan untuk mengubah Indonesia menjadi negara maju, sangat bergantung pada upaya pengelolaan dan pemanfaatan potensi yang ada. Dalam konteks ini, peran Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi sangat penting.
Daftar Isi
Kinerja dan Capaian BRIN
Sejak berdirinya hampir tiga tahun yang lalu, BRIN, di bawah kepemimpinan Laksana Tri Handoko, telah menunjukkan kemajuan signifikan. Pada acara Highlight Riset dan Inovasi 2023 di Jakarta, Handoko memaparkan, “Hingga Desember lalu, kita telah mencapai publikasi global sekitar 4600-an. Ini menjadi acuan penting bagi pemerintah dalam mengembangkan ekosistem riset yang lebih terintegrasi.”
Hasil publikasi ini bukan hanya sekedar angka, tetapi juga menjadi bukti nyata dari kemajuan riset dan inovasi yang telah dicapai. Ini juga menjadi pijakan dalam pembuktian hasil riset secara saintifik yang nantinya akan diintegrasikan dalam penetapan hak intelektual dan lisensi.
Strategi Jangka Panjang
Handoko menjelaskan, “Sebagai lembaga pemerintah, kami berkewajiban untuk transparan mengenai apa yang telah kami capai dan dampaknya bagi masyarakat.” BRIN tidak hanya fokus pada pencapaian jangka pendek tetapi juga menyiapkan strategi jangka panjang. Strategi ini diharapkan dapat memberikan dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
Salah satu fokus jangka panjangnya adalah integrasi kinerja pemerintah dengan berbagai komponen masyarakat, termasuk industri. Handoko, mengambil inspirasi dari Tiongkok, ingin pemerintah nantinya memfokuskan penelitian ke arah pengembangan produk untuk mencapai outcome yang maksimal dan berkelanjutan. “Dengan ini, industri tidak perlu banyak berinvestasi langsung pada aktivitas riset untuk mendukung pengembangan produk mereka,” imbuh Handoko.
Menjembatani Industri dan Riset
Selain faktor biaya, BRIN juga menyadari bahwa hasil riset tidak selalu menjamin kesuksesan pengembangan produk. Oleh karena itu, pemerintah ingin memfasilitasi industri dalam mempercepat proses manufaktur mereka.
BRIN telah memfokuskan riset mereka pada beberapa aspek krusial dalam kehidupan masyarakat, seperti pangan dan kesehatan. “Industri farmasi kita belum memiliki kapasitas untuk mengembangkan obat dan vaksin secara mandiri,” kata Handoko, menyoroti perlunya dukungan pemerintah dalam menyediakan fasilitas penelitian dan pengembangan produk. Tujuannya adalah agar industri dapat mengembangkan produknya sendiri dengan biaya yang lebih terjangkau, sekaligus mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Kolaborasi dengan Universitas dan Institusi Riset
Dalam upaya memperkuat kapasitas riset, BRIN juga menggandeng berbagai universitas dan institusi riset terkemuka. Kerja sama ini tidak hanya berfokus pada penelitian tetapi juga pada pengembangan sumber daya manusia lokal. BRIN mengajak universitas di seluruh Indonesia untuk melakukan penelitian dalam berbagai topik, meningkatkan kualitas dan kapasitas riset nasional.
Meskipun hasil jangka panjang dari pengembangan produk ini belum sepenuhnya terlihat, Handoko tetap optimis. “Memang dua tahun terasa singkat, tetapi saya percaya kita sudah berada di jalur yang tepat,” tutup Handoko.