Meraih gelar Guru Besar atau Profesor tidaklah mudah. Seseorang harus menempuh pendidikan hingga S3 dan mengabdi sebagai pengajar di sebuah perguruan tinggi. Oleh karena itu, biasanya gelar tersebut jarang diraih di usia muda. Namun, beberapa alumni penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini berhasil membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil jika ingin menjadi guru besar dalam usia muda.
Daftar Isi
Daftar Alumni LPDP yang Jadi Guru Besar Termuda
1. Prof Andi Dian Permana M Si, Ph D, Apt
Prof Andi Dian Permana adalah dosen di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Ia baru saja dilantik sebagai guru besar di kampus tersebut tahun ini dalam usia yang masih 34 tahun. Prof Andi dinobatkan sebagai guru besar termuda se-Indonesia di bidang farmasi. Hingga kini, ia sudah menerbitkan 117 artikel ilmiah yang terindeks Scopus dengan skor H-index 26.
Sebelum menjadi dosen, Prof Andi menempuh pendidikan S1 Farmasi dan S2 Farmasi di Unhas, kemudian melanjutkan studi S3 Pharmacy di Queen’s University Belfast, Inggris, lewat beasiswa LPDP.
2. Prof Pramaditya Wicaksono, S Si, M Sc, Ph D
Prof Pramaditya Wicaksono dilantik sebagai guru besar pada usia 35 tahun. Ia adalah dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan dinobatkan sebagai guru besar termuda di UGM. Bidang yang ia geluti adalah ilmu penginderaan jauh biodiversitas pesisir. Menariknya, ia diangkat sebagai guru besar tanpa menjadi Lektor Kepala terlebih dahulu. Saat ini, Prof Pramaditya telah menerbitkan 88 artikel ilmiah terindeks Scopus dengan skor H-index 18.
Riwayat pendidikannya meliputi S1 Kartografi dan Penginderaan Jauh UGM, S2 Geografi UGM, dan S3 Remote Sensing Joint Degree UGM & TH Koln Jerman.
3. Prof Husnul Kausarian, M Sc, Ph D
Prof Husnul Kausarian adalah dosen di Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Ia diangkat menjadi guru besar pada usia 37 tahun dan dinobatkan sebagai guru termuda se-Indonesia dalam bidang geologi. Hingga kini, Prof Husnul telah menerbitkan 32 artikel ilmiah yang terindeks Scopus. Masa pendidikan Prof Husnul banyak dihabiskan di luar negeri, yaitu S1 dan S2 Geologi Perminyakan di Universiti Kebangsaan Malaysia, serta S3 Geosciences di Chiba University, Jepang, dengan beasiswa LPDP.
4. Prof Dr Ferian Anggara ST, M Eng, IPM
Prof Dr Ferian Anggara adalah dosen di UGM Yogyakarta dan menjadi guru besar dalam bidang ilmu geologi batu bara pada usia 40 tahun. Saat ini, ia telah menerbitkan 58 artikel ilmiah yang terindeks Scopus dengan skor H-index 10. Ia adalah penerima beasiswa LPDP S3 di Earth Resources Engineering, Kyushu University, Jepang. Sebelumnya, ia menyelesaikan S1 dan S2 Teknik Geologi di UGM.
5. Prof Adi Purwandana M Si, Ph D
Meskipun bukan pengajar di universitas, Prof Adi Purwandana adalah peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia dilantik sebagai profesor pada usia 42 tahun dan telah menerbitkan 1 artikel ilmiah yang terindeks Scopus dengan skor H-index 6. Prof Adi adalah alumni beasiswa LPDP yang menerima bantuan S3 di Physical Oceanography, Sorbonne Universite, Prancis. Pendidikan sarjana dan magisternya ditempuh di S1 Fisika ITS dan S2 Ilmu Kelautan ITB.
Keuntungan Menjadi Guru Besar di Usia Muda
Menjadi guru besar di usia muda tentu membawa sejumlah keuntungan dan peluang yang tak ternilai. Berikut beberapa di antaranya:
1. Kesempatan Lebih Luas untuk Berinovasi
Dengan usia yang masih muda, guru besar memiliki energi dan semangat yang tinggi untuk melakukan berbagai penelitian dan inovasi. Mereka dapat mengeksplorasi ide-ide baru dan berkontribusi secara signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Peningkatan Reputasi dan Pengaruh
Guru besar muda seringkali menjadi panutan dan inspirasi bagi mahasiswa dan rekan sejawat. Reputasi mereka sebagai akademisi yang sukses di usia muda dapat meningkatkan pengaruh mereka di bidang akademik dan penelitian.
3. Peluang Karir yang Lebih Luas
Dengan gelar guru besar, peluang karir di dalam dan luar negeri semakin terbuka lebar. Mereka dapat mengajar di universitas ternama, menjadi pembicara di konferensi internasional, atau berkolaborasi dengan peneliti terkemuka dari berbagai negara.
4. Motivasi bagi Generasi Muda
Kisah sukses para guru besar muda dapat memotivasi generasi muda untuk mengejar pendidikan tinggi dan berprestasi. Hal ini penting untuk menciptakan budaya akademik yang kuat dan mendorong lebih banyak mahasiswa untuk terlibat dalam penelitian.
5. Akses ke Pendanaan Penelitian
Guru besar muda seringkali mendapatkan akses lebih mudah ke pendanaan penelitian, baik dari pemerintah, swasta, maupun lembaga internasional. Ini memungkinkan mereka untuk menjalankan proyek penelitian besar yang membutuhkan dana signifikan.
Tantangan yang Dihadapi Guru Besar Muda
Di balik berbagai keuntungan, tentu ada tantangan yang harus dihadapi oleh para guru besar muda. Berikut beberapa tantangan utama yang sering mereka temui:
1. Tekanan dan Ekspektasi Tinggi
Menjadi guru besar di usia muda seringkali diiringi dengan tekanan dan ekspektasi tinggi dari berbagai pihak. Mereka harus terus-menerus membuktikan kemampuan dan kompetensi mereka dalam dunia akademik.
2. Keseimbangan Kehidupan Pribadi dan Profesional
Mengelola waktu antara tugas sebagai dosen, peneliti, dan kehidupan pribadi bisa menjadi tantangan tersendiri. Guru besar muda harus pintar mengatur waktu agar semua aspek kehidupannya berjalan seimbang.
3. Kurangnya Pengalaman
Meski memiliki pengetahuan yang luas, guru besar muda mungkin belum memiliki pengalaman sebanyak rekan sejawat yang lebih senior. Ini bisa menjadi kendala dalam beberapa situasi, terutama dalam hal manajemen dan pengambilan keputusan.
4. Resistensi dari Rekan Sejawat
Tidak jarang, guru besar muda menghadapi resistensi atau skeptisisme dari rekan sejawat yang lebih tua. Mereka perlu menunjukkan profesionalisme dan kualitas kerja untuk mendapatkan penghargaan dan dukungan dari rekan-rekan mereka.
Strategi Sukses bagi Guru Besar Muda
Untuk menghadapi tantangan dan memaksimalkan keuntungan, berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh guru besar muda:
1. Mengembangkan Jaringan Profesional
Membangun dan memelihara jaringan profesional yang kuat sangat penting. Melalui jaringan ini, guru besar muda bisa mendapatkan dukungan, kolaborasi penelitian, dan kesempatan karir yang lebih luas.
2. Terus Belajar dan Mengembangkan Diri
Meski telah mencapai gelar guru besar, proses belajar tidak boleh berhenti. Mengikuti seminar, workshop, dan pelatihan profesional dapat membantu mereka memperbarui pengetahuan dan keterampilan.
3. Mengelola Waktu dengan Baik
Manajemen waktu yang efektif sangat krusial. Membuat jadwal yang teratur dan prioritas yang jelas dapat membantu guru besar muda mengatur tugas-tugas akademik dan penelitian dengan baik.
4. Mencari Mentor
Mencari mentor yang berpengalaman dapat memberikan panduan dan nasihat berharga. Seorang mentor dapat membantu guru besar muda menghadapi tantangan dan memberikan perspektif yang lebih luas.