Menghadapi Tantangan Zaman, Perguruan Tinggi Indonesia Bertransformasi untuk Masa Depan

Mengapa Perguruan Tinggi Perlu Beradaptasi dengan Perubahan Zaman?

Perubahan zaman menuntut perguruan tinggi untuk lebih responsif terhadap kebutuhan dunia kerja. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nadiem Makarim, mengakui bahwa tidak semua lulusan perguruan tinggi mampu memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini. Ia bahkan menganalogikan, selama ini sistem pendidikan seperti mengajarkan berenang di kolam renang, bukan di lautan yang lebih luas dan penuh tantangan.

Tanggapan Perguruan Tinggi terhadap Kritik

Menariknya, respons dari perguruan tinggi terhadap kritik ini tidak seragam. Ada institusi yang setuju dan mulai berbenah, namun ada juga yang berargumen bahwa peran perguruan tinggi lebih kepada menyiapkan ilmuwan dan peneliti masa depan, bukan sekadar memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja pada level teknis.

Perubahan Teknologi dan Tantangan di Masa Depan

Tantangan ini semakin kompleks dengan pesatnya laju perubahan teknologi. World Economic Forum memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, akan muncul 69 juta jenis pekerjaan baru yang belum ada saat ini. Namun, di saat yang sama, 83 juta pekerjaan yang ada saat ini akan hilang karena tidak lagi relevan. Pertanyaannya, bagaimana perguruan tinggi bisa mempersiapkan lulusan untuk bekerja di bidang yang saat ini bahkan belum ada?

Konsep T-shaped Graduates dan Pembelajaran Sepanjang Hayat

Untuk menjawab tantangan ini, konsep “T-shaped Graduates” dari McKinsey bisa menjadi solusi. Konsep ini menekankan pentingnya dasar keilmuan yang mendalam, namun juga perlu diimbangi dengan keterampilan sosial dan kemampuan beradaptasi. Mead Hbh Costello, dalam “The Future of Jobs Report 2020” yang diterbitkan oleh World Economic Forum, menyebutkan bahwa lulusan perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan cepat dalam menghadapi transformasi dunia kerja yang didorong oleh globalisasi, digitalisasi, dan adopsi teknologi baru.

Costello juga memperkenalkan konsep pembelajaran sepanjang hayat. Ini berarti, lulusan harus terus meningkatkan keterampilan mereka (upskilling) dan siap untuk mempelajari keterampilan baru (reskilling) sepanjang karier mereka.

Baca Juga: 10 Jurusan Kuliah yang Paling Sulit Mendapatkan Pekerjaan di Tahun 2024

Mengapa Perguruan Tinggi Perlu Menjadi Entrepreneurial University?

Selain itu, perguruan tinggi juga perlu mempertimbangkan konsep “entrepreneurial university” yang diperkenalkan oleh Peris-Ortiz dkk (2017). Dengan konsep ini, perguruan tinggi didorong untuk membangun semangat kewirausahaan dalam diri lulusannya. Hal ini bukan berarti semua lulusan harus menjadi pengusaha, tetapi mereka harus memiliki pola pikir dan semangat inovatif layaknya seorang entrepreneur—yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan menciptakan solusi.

Banyak universitas terkemuka dunia, seperti Stanford, Massachusetts Institute of Technology (MIT), Technische Universität München (TUM), dan Universitas Cambridge, telah menerapkan konsep ini. Mereka berhasil mencetak lulusan yang tidak hanya siap menghadapi dunia kerja, tetapi juga mampu berinovasi dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.

Merdeka Belajar Kampus Merdeka: Inovasi Kebijakan Pendidikan di Indonesia

Di Indonesia, konsep “Merdeka Belajar Kampus Merdeka” (MBKM) yang diinisiasi oleh Kemendikbud Ristek adalah salah satu upaya untuk menjawab persoalan ketidaksesuaian lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. MBKM memberikan lebih banyak kebebasan kepada perguruan tinggi dan mahasiswa untuk mengubah proses pembelajaran, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman.

Menurut data Kemendikbud Ristek, dalam empat tahun terakhir, program-program MBKM telah mempertemukan hampir dua juta mahasiswa Indonesia dengan 13 ribu praktisi dan 486 mitra industri. Hal ini membantu mengurangi ketidaksesuaian antara lulusan dan kebutuhan dunia kerja. MBKM berupaya memberikan dampak positif tidak hanya bagi mahasiswa dan lulusan, tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Dampak Positif dan Tantangan MBKM

Lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih relevan dengan kebutuhan saat ini. Selain itu, masyarakat juga merasakan manfaat dari peran aktif mahasiswa dan perguruan tinggi dalam menyelesaikan masalah-masalah lokal. Meski begitu, program MBKM juga tidak lepas dari kritik. Semua pihak diharapkan dapat terus bekerja sama untuk memberikan yang terbaik bagi generasi muda Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top