fbpx
Paradigma Publikasi Ilmiah

Menguak Perbedaan Paradigma Publikasi Ilmiah: Sebuah Panduan Esensial untuk Peneliti Muda

Menulis artikel ilmiah bukanlah sebuah kegiatan sederhana yang dapat dilakukan dengan cara menulis artikel biasa. Prosesnya melibatkan riset mendalam, pengumpulan data yang akurat, dan pemahaman mendalam tentang aturan-aturan penulisan ilmiah. Prof Dr Dadan Rosana M Si, Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, menekankan bahwa pembuatan artikel ilmiah memerlukan investasi waktu dan tenaga yang signifikan, termasuk dalam proses pembacaan, pengeditan, dan lain-lain, sebagaimana dilaporkan oleh laman UNY.

Membedakan Paradigma Lama dan Baru dalam Publikasi Ilmiah

Dalam dunia penelitian dan akademis saat ini, terdapat dua paradigma penting yang berlaku dalam publikasi artikel ilmiah, yaitu paradigma lama dan paradigma baru. Kedua paradigma ini memiliki perbedaan yang signifikan dan mempengaruhi cara peneliti mempublikasikan karya mereka, baik di jurnal nasional maupun internasional.

Paradigma Lama: Tradisi dan Struktur Klasik

Dalam paradigma lama, penulis umumnya mendapatkan honorarium dari jurnal sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Artikel yang dihasilkan seringkali mirip dengan format laporan penelitian atau karya akademis seperti skripsi, tesis, atau disertasi. Struktur penulisannya meliputi pendahuluan (dengan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan), metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Menariknya, dalam paradigma ini, penulis dapat menggunakan buku sebagai referensi utama.

Paradigma Baru: Biaya Publikasi dan Akses Terbatas

Sebaliknya, paradigma baru mengharuskan penulis untuk membayar Article Processing Charge (APC) kepada jurnal. Hal ini berdampak pada keterbatasan akses pembaca, karena hanya mereka yang membayar yang dapat mengakses artikel. Paradigma ini lebih berfokus pada publikasi hasil riset terkini dan memiliki struktur yang serupa, namun lebih menekankan penggunaan artikel jurnal ilmiah terbaru sebagai referensi.

Baca Juga: Pengembangan Riset dan Inovasi di Perguruan Tinggi: BRIN dan Bappenas Sebagai Koordinator Utama

Panduan Membuat Artikel Ilmiah Berkualitas

Prof Venty Suryanti PhD, dalam workshop yang sama, menawarkan wawasan tentang bagaimana menciptakan publikasi riset yang berkualitas. Aspek utama adalah memperhatikan secara cermat literatur yang relevan untuk menunjang kebaruan atau kontribusi unik dari riset. Artikel yang memiliki novelty memerlukan pencarian literatur yang lengkap dan berkualitas, seperti yang tersedia di database seperti Scopus. Akses ke Fulltext Articles References menjadi penting dalam menghasilkan publikasi yang mengandung unsur kebaruan.

Pentingnya Metode dan Analisis Hasil Riset yang Berkualitas

Untuk menghasilkan artikel ilmiah yang berkualitas, peneliti harus menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk riset. Hal ini termasuk memiliki akses ke peralatan laboratorium yang canggih dan metode penelitian yang tepat. Proses analisis hasil riset harus dilakukan dengan metodologi yang solid dan akurat untuk menghasilkan temuan yang dapat dipercaya dan berkontribusi pada bidang penelitian.

Kesimpulan: Mengadaptasi Paradigma yang Tepat

Sebagai penutup, penting bagi peneliti, khususnya yang masih muda dan berada di awal karier akademisnya, untuk memahami perbedaan antara paradigma lama dan baru dalam publikasi ilmiah. Pemilihan paradigma yang tepat akan mempengaruhi cara penelitian mereka dilakukan, ditulis, dan dipublikasikan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang kedua paradigma ini, peneliti dapat lebih efektif dalam menyebarkan pengetahuan dan hasil risetnya kepada komunitas ilmiah global.

Baca Juga: 11 Kunci Memahami Penelitian Kualitatif

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top