fbpx
Pilihan Kurikulum Pendidikan

Mengungkap Tren Pendidikan: Kurikulum Sekolah yang Tepat untuk Anak di Era Modern

Dalam dunia pendidikan saat ini, fenomena memilih kurikulum sekolah telah menjadi perdebatan yang menarik di kalangan orang tua. Dengan semakin banyaknya jenis kurikulum yang ditawarkan, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah ini hanya tren semata atau memang ada kebutuhan mendesak untuk memilih kurikulum tertentu demi masa depan anak-anak kita.

Kisah Yunita dan anaknya, Aiman, menjadi contoh nyata dari dampak positif pemilihan kurikulum yang tepat. Setelah menghabiskan satu setengah tahun di sekolah alam di Depok, Jawa Barat, Aiman menunjukkan peningkatan kepercayaan diri yang signifikan, khususnya dalam menyelesaikan masalah. Sekolah alam, sebagai salah satu contoh kurikulum khusus, telah memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anak untuk berbicara dan menyampaikan pendapat, sebagaimana yang disampaikan Yunita kepada CNNIndonesia.com.

Di era modern ini, pendekatan pendidikan tidak lagi terbatas pada kurikulum tradisional. Sekolah dengan kurikulum khusus, seperti sekolah alam, Montessori, atau kurikulum internasional, menawarkan metode belajar yang lebih personal dan fokus pada pengembangan karakter anak. Hal ini sangat penting mengingat bahwa setiap tahap pendidikan, dari TK hingga SMA, memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan kemampuan anak.

Pemilihan kurikulum yang tepat tidak hanya bergantung pada fase pendidikan anak, tapi juga pada kebutuhan dan karakter individu mereka. Aninda, seorang pakar pendidikan, menekankan pentingnya penanaman karakter pada anak, terutama selama masa transisi, seperti di SMP, di mana mereka mulai merasakan perubahan menuju masa remaja.

Pilihan Kurikulum Pendidikan

Faktor-Faktor

Selain faktor karakter dan kebutuhan pendidikan, sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) zonasi juga memengaruhi keputusan orang tua dalam memilih sekolah. Sebagai contoh, Yunita yang rela menempuh jarak jauh dari Cibinong ke Depok untuk memberikan pendidikan terbaik bagi Aiman, menunjukkan seberapa jauh orang tua akan pergi demi pendidikan anaknya.

Heru Purnomo dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti bahwa pemerintah daerah perlu mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan PPDB Zonasi ini. Pemerintah juga harus memperhatikan kualitas infrastruktur dan guru untuk meningkatkan layanan pendidikan di Indonesia.

Namun, ada juga sisi lain yang perlu diperhatikan, yaitu biaya. Sekolah dengan kurikulum khusus sering kali dianggap mahal dan hanya terjangkau oleh keluarga dengan kondisi finansial yang baik. Yunita, misalnya, harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk sekolah alam anaknya. Hal serupa juga dialami oleh Iksan yang memilih sekolah Montessori untuk anaknya, Orhan. Namun, tidak semua sekolah berkurikulum khusus mahal. Beberapa sekolah, seperti Sekolah Batutis Al-Ilmi di Bekasi, menawarkan kurikulum yang ramah kantung dengan metode belajar sentra atau beyond centers and circle time (BCCT).

Metode sentra, yang dikembangkan oleh Pamela C Phelps, adalah model kurikulum pendidikan anak usia dini yang terbukti efektif dalam membangun dan menguatkan karakter anak sejak dini. Siska Yudhistira Massardi, pendiri Sekolah Batutis, mengadaptasi metode ini untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung bagi anak-anak di sekolahnya.

Baca Juga: Inisiatif Strategis UI untuk Menguatkan Kemitraan Riset Global dengan Universitas-Universitas Terkemuka di AS

Keberhasilan kurikulum khusus ini juga tercermin dari pengalaman Iksan dengan anaknya Orhan. Melalui pendekatan Montessori, Orhan mengalami perkembangan yang signifikan, baik dalam hal keberanian, disiplin, maupun kemampuan lainnya.

Aninda menambahkan bahwa pemilihan kurikulum yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan anak bisa membuat mereka lebih mudah menerima pelajaran, menumbuhkan rasa senang belajar, serta mengasah kemampuan berpikir kritis dan ketangguhan. Namun, ia juga mengingatkan bahwa orang tua harus memahami dan mendukung proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum tersebut di rumah.

Di sisi lain, Heru menekankan bahwa sekolah harus memenuhi tiga fungsi utama: transfer ilmu secara kuantitatif dan kualitatif, serta validasi melalui rapor dan ijazah. Pilihan orang tua untuk menyekolahkan anak di sekolah dengan kurikulum tertentu merupakan kritik dan masukan bagi pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kesimpulan

Kesimpulannya, memilih kurikulum sekolah yang tepat bukan hanya mengikuti tren, tetapi merupakan kebutuhan penting yang harus dipertimbangkan oleh setiap orang tua. Pendidikan yang holistik dan selaras dengan kebutuhan serta karakter anak akan membantu mereka berkembang menjadi individu yang tangguh dan berkompeten di masa depan.

Baca Juga: Program Beasiswa Ikatan Dinas PT Pos Indonesia di ULBI untuk Maba dan Mahasiswa Tingkat Akhir

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top