Dosen

Mendiktisaintek Dorong Dosen untuk Tingkatkan Riset dan Inovasi Demi Kemajuan Indonesia

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) RI, Brian Yuliarto, menekankan urgensi riset dan inovasi di kalangan dosen sebagai faktor utama dalam membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap). Hal ini disampaikan dalam acara Peluncuran Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2025 yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Senin lalu.

Brian menjelaskan bahwa Presiden Prabowo memiliki visi besar untuk membawa Indonesia sejajar dengan negara-negara maju. Salah satu cara utama untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta memperkuat sektor riset dan inovasi yang mendorong perkembangan industri nasional.

“Bapak Presiden Prabowo menargetkan kemajuan yang berfaedah di Indonesia, Indonesia sejajar dengan negara maju, kita mampu keluar dari middle income trap, (jebakan negara berpenghasilan menengah). Itu semua mampu dicapai dengan siapnya SDM kita yang pertama, dan yang kedua adalah kuatnya riset dan penemuan yang mendorong industri di Indonesia,” kata Brian.

Pentingnya Riset dalam Tridarma Perguruan Tinggi

Brian menegaskan bahwa penelitian harus menjadi bagian integral dari kehidupan akademik para dosen, sejajar dengan pengajaran sebagai salah satu elemen utama dalam tridarma perguruan tinggi. Namun, realitanya, selama ini aktivitas pengajaran masih lebih dominan dibandingkan penelitian. Ia berharap agar para akademisi semakin tertarik untuk melakukan riset secara konsisten, bukan hanya sebagai kewajiban akademik, tetapi juga sebagai sarana untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

“Kita mau semua teman-teman pengajar itu mampu menyukai penelitian, mampu menjadikan penelitian sebagai salah satu aktivitas tridarma yang sejajar dengan pengajaran,” jelasnya.

Sebagai langkah konkret untuk meningkatkan budaya riset, Mendiktisaintek telah meluncurkan Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2025. Panduan ini akan dijalankan secara bertahap, dengan tahap pertama sudah mulai diterapkan, sementara tahap kedua akan melibatkan pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta industri.

Brian juga menyebutkan bahwa pihaknya berambisi agar skema pendanaan penelitian dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Salah satu rencananya adalah mempercepat proses call for proposal, sehingga pencairan dana dapat dilakukan lebih awal dalam tahun akademik yang berjalan.

“Kami berambisi juga di tahun-tahun depan, barangkali kita mampu call for proposal-nya sebelum tahun berjalan, sehingga Desember sudah selesai dan tahun melangkah itu tinggal menunggu pengumuman dan pencairannya,” ujarnya.

Baca Juga: Anggaran Riset Dipangkas: Penelitian Harus Lebih Strategis dan Berdampak

Peran Mahasiswa Pascasarjana dalam Riset Dosen

Mendiktisaintek juga mengimbau agar dosen yang memperoleh hibah penelitian melibatkan mahasiswa pascasarjana sebagai peneliti pendukung. Menurutnya, langkah ini tidak hanya mengurangi beban kerja dosen yang sering kali terbagi antara pengajaran dan penelitian, tetapi juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman riset yang lebih mendalam.

Dalam sistem akademik yang ideal, mahasiswa pascasarjana memiliki peran penting sebagai asisten peneliti dalam proyek-proyek ilmiah yang dilakukan oleh dosen. Hal ini dapat mempercepat penyelesaian penelitian sekaligus meningkatkan kualitas publikasi akademik.

“Kami ingin penelitian bukan hanya jadi beban dosen semata, tetapi bisa melibatkan mahasiswa agar mereka memiliki pengalaman riset yang lebih baik dan meningkatkan kapasitas keilmuannya,” tambah Brian.

Meningkatkan Relevansi Penelitian dengan Kebutuhan Nasional

Selain itu, Brian juga mendorong para akademisi untuk menyusun proposal penelitian yang memiliki relevansi tinggi dengan kebutuhan nasional. Salah satu bidang yang menjadi perhatian utama pemerintah adalah substitusi impor, yakni pengurangan ketergantungan Indonesia terhadap produk luar negeri dengan mendorong inovasi dan produksi dalam negeri.

“Carilah topik-topik yang relevan dengan kebutuhan pemecahan masalah. Di Indonesia, substitusi impor itu menjadi yang utama, lantaran itu juga mungkin kelak dalam penilaian bakal diberikan berat yang lebih tinggi,” ujar Brian Yuliarto.

Pemerintah berharap agar perguruan tinggi dapat menjadi motor utama dalam menciptakan solusi bagi berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa, mulai dari ketahanan pangan, energi terbarukan, industri 4.0, hingga pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan.

Dukungan Britter dalam Asistensi Penelitian dan Publikasi Akademik

Untuk mendukung peningkatan kualitas riset di Indonesia, berbagai lembaga riset dan asistensi akademik seperti Britter hadir untuk membantu para dosen dan mahasiswa dalam proses penelitian serta publikasi ilmiah. Britter menyediakan berbagai layanan seperti:

  1. Bimbingan Penelitian – Membantu dosen dan mahasiswa dalam menyusun metodologi penelitian, pengolahan data, hingga analisis hasil riset.
  2. Asistensi Publikasi Jurnal – Mendukung akademisi dalam menyiapkan manuskrip penelitian agar dapat diterbitkan di jurnal bereputasi, termasuk Scopus dan Sinta.
  3. Pelatihan Penggunaan Software Analisis Data – Memberikan pelatihan penggunaan perangkat lunak seperti SPSS, VOSViewer, dan lainnya untuk keperluan riset.
  4. Pendampingan dalam Konferensi Akademik – Membantu akademisi dalam mempersiapkan presentasi ilmiah untuk konferensi nasional maupun internasional.

Dengan adanya dukungan seperti ini, diharapkan para dosen dan mahasiswa dapat lebih fokus dalam menghasilkan riset berkualitas tinggi yang tidak hanya berdampak pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada kemajuan industri dan kebijakan publik di Indonesia.

Baca Juga: Empat Strategi Tembus Publikasi Jurnal Internasional

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top