Apakah Scopus mempermudah atau mempersulit kehidupan akademis? Di perguruan tinggi, Scopus sering menjadi bahan perdebatan. Berbagai kegiatan, dana, dan diskusi sering kali berpusat pada Scopus. Namun, apa sebenarnya Scopus dan bagaimana pengaruhnya terhadap dunia akademis?

Scopus di Perguruan Tinggi

Pengaruh Scopus pada Penelitian

Pada awal 2000-an, Scopus mulai dikenal di kampus-kampus. Peneliti dengan H-indeks tinggi di Scopus sering kali menjadi bahan olokan. Namun, seiring waktu, penghargaan diberikan kepada mereka yang berhasil terindeks Scopus. Posisi guru besar dan kelulusan program doktor sering kali bergantung pada publikasi di Scopus.

Dana dan Pelatihan untuk Scopus

Banyak dana dihabiskan dan berbagai pelatihan diadakan demi Scopus. Konsultasi dan pendampingan juga marak, bahkan sampai menggunakan jasa joki untuk menulis publikasi. Mahasiswa doktoral harus bekerja keras untuk mencapai publikasi di Scopus, yang sering kali menjadi syarat kelulusan.

Kontroversi Scopus

Scopus sebagai Tolok Ukur

Tidak dapat dipungkiri, Scopus telah menjadi tolok ukur capaian individu, departemen, dan bahkan negara. Jurnal-jurnal ilmiah dalam negeri berusaha keras untuk terindeks Scopus. Namun, sering kali cara-cara tidak etis seperti plagiasi terjadi demi mencapai tujuan ini.

Insentif dan Motivasi

Penulis yang terindeks Scopus sering kali menerima insentif yang tidak sedikit. Hal ini memotivasi peneliti untuk terus berkarya. Namun, di sisi lain, Scopus juga dibenci karena mempersulit mereka yang tidak mampu mencapainya.

Baca Juga: 4 Kota Terbaik untuk Pelajar di Indonesia Versi QS Best Student Cities 2025

Scopus: Alat Bantu atau Hambatan?

Fungsi Scopus

Perlu diluruskan bahwa Scopus hanyalah basis data yang berisi abstrak dari jurnal ilmiah, publikasi konferensi, buku, atau bab buku. Diluncurkan oleh Elsevier pada 15 Maret 2004, Scopus membantu peneliti, dosen, mahasiswa, dan pustakawan dalam mencari topik riset dan bahan pembelajaran.

Manfaat Scopus

Scopus memungkinkan kita mengetahui siapa yang mengutip sebuah tulisan dan berapa banyak yang mengutipnya. Ini sangat berguna untuk penelitian lebih lanjut dan pengembangan teknologi. Scopus juga menjadi etalase karya para peneliti, meningkatkan prestise dan membuka peluang kolaborasi.

Tantangan Publikasi di Scopus

Jurnal Predator dan Biaya Tinggi

Masih banyak peneliti yang kesulitan menulis hasil riset di jurnal terindeks Scopus. Hal ini membuka peluang bagi jurnal predator dan penerbitan berbayar mahal. Kesalahpahaman bahwa semua jurnal berbayar juga sering terjadi.

Strategi Publikasi

Untuk lolos publikasi di Scopus, peneliti sering kali meminta bantuan mereka yang berpengalaman. Hal ini menunjukkan bahwa Scopus tidak seharusnya dilihat dengan cinta atau benci, tetapi sebagai alat bantu yang bisa digantikan.

Riset dan Dampaknya

Kualitas Riset

Fokus seharusnya bukan pada alat bantu seperti Scopus, tetapi pada kualitas riset dan dampaknya. Kepercayaan masyarakat pada penggiat riset akan meningkat jika hasil riset memberi kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.

Riset Dasar dan Terapan

Riset dasar yang mengungkap fenomena dan hukum alam akan meningkatkan pengetahuan masyarakat dan memunculkan inovasi baru. Riset terapan yang menyelesaikan masalah masyarakat juga perlu perhatian lebih, terutama dalam kebijakan pendanaan.

Hubungan Riset dan Ekonomi

Negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi sering kali memiliki jumlah publikasi di jurnal terindeks Scopus yang tinggi. Pertanyaannya adalah, apakah tingginya publikasi mendongkrak ekonomi atau sebaliknya?

Kesimpulan

Scopus adalah alat bantu penting di dunia akademis, tetapi tidak seharusnya menjadi satu-satunya tolok ukur. Fokus pada kualitas riset dan dampaknya lebih penting untuk kemajuan bangsa. Dengan demikian, kita bisa memanfaatkan Scopus secara optimal tanpa terjebak pada kontroversi yang tidak perlu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top