sistem kesehatan akademik

Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam Sistem Kesehatan Nasional

Tantangan kesehatan masyarakat Indonesia semakin kompleks di era modern. Dari masalah akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil, hingga distribusi tenaga medis yang belum merata, negara membutuhkan pendekatan kolaboratif lintas sektor untuk menjawab tantangan tersebut. Di tengah dinamika ini, peran perguruan tinggi, terutama fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan, menjadi sangat vital.

Pada momen Hari Pendidikan Nasional 2025, Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi tuan rumah Forum Sistem Kesehatan Akademik (SKA) dalam inisiatif nasional bertajuk #KampusBerdampak. Forum ini menjadi pengingat bahwa kampus bukan hanya pusat pengajaran dan penelitian, tetapi juga motor perubahan sosial—termasuk dalam meningkatkan sistem kesehatan nasional.

Apa Itu Sistem Kesehatan Akademik (SKA)?

Sistem Kesehatan Akademik (SKA) merupakan suatu ekosistem kolaboratif yang melibatkan perguruan tinggi kedokteran, rumah sakit pendidikan, dan pemerintah daerah dalam memperkuat sistem kesehatan Indonesia. Melalui SKA, diharapkan terjadi integrasi antara pendidikan kedokteran, riset, dan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat.

SKA bukan hanya konsep administratif, melainkan pendekatan strategis yang mendorong pendidikan tinggi untuk menghasilkan dampak nyata. Hal ini sejalan dengan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.

UGM dan Inisiatif #KampusBerdampak

Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, dalam sambutannya pada Forum SKA, menekankan bahwa “perguruan tinggi harus mengambil bagian langsung dalam menyelesaikan tantangan kesehatan masyarakat.” Ucapan ini mencerminkan posisi UGM sebagai pelopor implementasi SKA dalam lingkup nasional.

Acara yang diadakan secara hybrid di KPTU FK-KMK UGM pada tanggal 2 Mei 2025 ini mempertemukan akademisi, praktisi kesehatan, pemangku kebijakan, hingga perwakilan masyarakat sipil. Mereka bersama-sama mendiskusikan bagaimana perguruan tinggi dapat:

  • Menyediakan tenaga kesehatan berbasis kebutuhan daerah
  • Melakukan riset aplikatif dalam isu kesehatan publik
  • Menjadi mitra aktif pemerintah daerah dalam merancang kebijakan kesehatan

Dasar Regulasi yang Menguatkan SKA

Inisiatif SKA kini diperkuat dengan dukungan regulasi terbaru, di antaranya:

  • Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
  • Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran

Kedua regulasi ini memberikan legitimasi hukum dan arahan strategis bagi pengembangan sistem kesehatan akademik berbasis kebutuhan nasional dan lokal. Melalui pendekatan berbasis data dan partisipasi, SKA diharapkan menjadi fondasi dalam menciptakan transformasi kesehatan berkelanjutan.

Baca Juga: Kolaborasi Kampus dan TNI dalam Penguatan Bela Negara: Peluang, Tantangan, dan Kontroversi

Kontribusi Perguruan Tinggi: Studi Kasus dan Implementasi

1. UGM sebagai Model Integrasi

UGM telah mengembangkan model integratif antara rumah sakit pendidikan, laboratorium riset, dan pusat pengabdian masyarakat. Dalam program pengabdian FK-KMK, mahasiswa diturunkan ke daerah terpencil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, edukasi gizi, hingga pelatihan mitigasi stunting.

2. Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah

Melalui SKA, berbagai perguruan tinggi kini bermitra dengan pemda untuk memperkuat Puskesmas, RSUD, dan fasilitas kesehatan primer lainnya. Kemitraan ini mencakup:

  • Penempatan co-ass dokter muda
  • Konsultasi telemedis dari dosen ahli
  • Proyek riset kolaboratif dalam epidemiologi dan manajemen kesehatan daerah

3. Partisipasi Mahasiswa dalam Inovasi Sosial

Mahasiswa kedokteran dan kesehatan masyarakat didorong untuk terlibat dalam penciptaan inovasi teknologi tepat guna, seperti alat deteksi penyakit berbasis aplikasi mobile, sistem informasi imunisasi desa, dan lain-lain.

Tantangan dalam Implementasi SKA

Walau memiliki potensi besar, penerapan SKA juga menghadapi beberapa kendala, seperti:

  • Ketimpangan fasilitas antar daerah dan institusi
  • Kurangnya pendanaan riset terapan
  • Hambatan birokrasi antara institusi pendidikan dan instansi pemerintah
  • Kurikulum pendidikan kedokteran yang belum sepenuhnya kontekstual dengan kebutuhan daerah

Solusi terhadap tantangan ini membutuhkan keberanian institusi untuk berinovasi serta komitmen kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah.

Peran Britter dalam Mendukung Perguruan Tinggi dan SKA

Sebagai penyedia layanan asistensi olah data dan publikasi ilmiah, Britter memiliki komitmen untuk mendukung perguruan tinggi yang ingin menghasilkan riset berkualitas dan berdampak nyata. Britter menawarkan:

  • Layanan pemetaan riset kesehatan berbasis bibliometrik
  • Asistensi publikasi jurnal ilmiah terakreditasi nasional dan internasional
  • Pelatihan penggunaan software data seperti VOSviewer, NVivo, dan SmartPLS
  • Dukungan teknis dalam penyusunan policy brief dari hasil penelitian

Dengan layanan ini, Britter berkontribusi dalam mendorong riset-riset akademik yang aplikatif dan relevan bagi penguatan sistem kesehatan.

Masa Depan Sistem Kesehatan Akademik di Indonesia

Menuju tahun 2030, sistem kesehatan Indonesia akan menghadapi tantangan seperti:

  • Lonjakan angka penyakit tidak menular
  • Ketimpangan kesehatan antar daerah
  • Bonus demografi dan beban kesehatan lansia
  • Perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan lingkungan

Untuk itu, sinergi antara perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan, dan pemerintah menjadi semakin krusial. Melalui SKA dan dukungan inisiatif seperti yang dilakukan oleh Britter, Indonesia dapat menyiapkan fondasi sistem kesehatan yang lebih inklusif, resilien, dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Forum Sistem Kesehatan Akademik di UGM menandai era baru kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat sistem kesehatan nasional. Perguruan tinggi harus keluar dari zona nyaman dan mengambil peran aktif dalam menciptakan solusi konkret bagi masalah kesehatan masyarakat.

Dengan dukungan regulasi yang kuat, sinergi kelembagaan, serta partisipasi aktif mahasiswa dan dosen, SKA dapat menjadi ujung tombak transformasi kesehatan Indonesia. Britter, sebagai mitra akademik dan riset, siap menjadi bagian dari perubahan ini melalui layanan asistensi yang berdampak nyata.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top